Definisi Komunikasix

Istilah Komunikasi memiliki banyak makna dan susah untuk mendefinisikan makna tunggal dari komunikasi. Theodore Clevenger Jr. mencatat bahwa “masalah yang selalu ada dalam mendefinisikan komunikasi untuk tujuan penelitian berasal dari fakta bahwa kata “komunikasi” memiliki posisi kata yang kuat dalam kosakata umum dan karenanya tidak mudah untuk mendefinisikan dalam tujuan ilmiah. Sebenarnya dalam bahasa inggris kata “Communication” merupakan salah satu yang paling sering digunakan. Sebenarnya para akademisi juga telah melakukan upaya untuk mendefinisikan kata komunikasi, namun untuk menemukan definisi tunggal terbukti gagal dan tidak mungkin dilakukan. Namun dalam rangka penelitian, untuk menfokuskan perhatian kita harus berpegang pada salah satu atau beberapa definisi komunikasi, atau malah kita berpegang pada definisi kita sendiri yang tentunya terkait dengan penelitian kita. Dengan adanya kesulitan menemukan definisi tunggal dari komunikasi tersebut , maka berimplikasi pada ilmu komunikasi. Salah satunya yaitu munculnya paradigma-paradigma baru dalam memandang komunikasi. Mulai dari padigma yang paling dominan yaitu model transmisi yaitu komunikasi sebagai proses transmisi informasi, sedangkan pandangan yang berbeda, antara lain model ritual yang menekankan pada berbagi makna atau pemaknaan.
Ada upaya dari beberapa pakar untuk mendifinisikan komunikasi, yaitu salah satunya Frank Dance (1970). Dia menggarisbawahi beberapa elemen untuk membedakan komunikasi menjadi 3 Dimensi, yaitu: Dimensi pertama, tingkat pengamatan atau keringkasan. Terdapat arti yang luas ataupun terbatas. Sebagai contoh: definisi komunikasi sebagai proses yang menghubungkan bagian yang terputus, merupakan makna luas. Namun komunikasi dalam artian sebuah system (misalnya telepon, telegraf) untuk menyampaikan informasi dan perintah, itu merupakan makna yang dibatasi. Dimensi Kedua, Tujuan. Beberapa definisi hanya memasukkan pengiriman dan penerimaan pesan dengan maksud tertentu, yang lainnya tidak memaksakan pembatasan ini. Dimensi Ketiga adalah Penilaian Normatif. Beberapa definisi menyertakan pernyataan tentang keberhasilan, keefektifan, atau ketepatan. Sebagai contoh: definisi komunikasi adalah penyampaian informasi. Disini informasi disampaikan, namun tidak penting apakah informasi tersebut diterima /dipahami atau tidak.

Ruben dan Stewart (2006) juga mencoba menyusun definisi tunggal dari komunikasi secara komprehensif yang mencakup empat asas komunikasi menurut mereka, yaitu asas bahwa: komunikasi adalah proses; komunikasi sangat mendasar untuk individu, interpersonal, kelompok, organisasi dan mayarakat; komunikasi melibatkan penerimaan dan penciptaan pesan serta pengubahan pesan menjadi informasi yang dapat digunakan; serta komunikasi membuat kita beradaptasi dengan lingkungan. Berdasarkan asas-asas tersebut, Ruben dan Stewart (2006) mendefinisikan komunikasi sebagai ‘proses dimana individu dalam hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, dan masyarakat, membuat dan menggunakan informasi untuk berhubungan satu sama lain, juga dengan lingkungannya.
Ruben dan Stewart (2006) menyatakan bahwa definisi-definisi komunikasi di samping memiliki persamaan-persamaan, juga memiliki sejumlah perbedaan dasar dalam empat hal, yaitu tingkat pengamatan, niat, sudut pandang, dan hasil.  Dari segi tingkat pengamatan, definisi komunikasi dapat difokuskan ke setiap tingkat (intrapersonal, interpersonal, organisasi, budaya, massa), beberapa tingkat, ataupun keseluruhan. Dari segi asumsi relatif terhadap niat atau tujuan, sebagian besar ahli sepakat bahwa komunikasi adalah tindakan sengaja dan membatasi definisi untuk tindakan ini. Namun, beberapa ahli juga berpendapat bahwa komunikasi terjadi ketika memiliki arti bagi penerima, entah itu disengaja atau tidak, contohnya adalah seseorang yang menguap. Dari sisi sudut pandang yang tersirat, definisi dapat dititikberatkan pada perspektif sumber pesan, tetapi juga dapat ditekankan pada perspektif penerima. Terakhir, dari perspektif mengenai hasil, beberapa definisi memasukkan unsur hasil, pemahaman. Kelemahan dari definisi jenis ini adalah tidak mempertimbangkan potensi kesalahpahaman.

Littlejohn (2002) mengelompokkan perilaku yang dianggap komunikasi berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. haruskah komunikasi itu disengaja? Atau b. Haruskah komunikasi itu selalu diterima?. Dari 2 pertanyaan tersebut dibuatlah diagram yang menghasilkan 9 perilaku yang dianggap komunikasi,  yaitu:
1.      Nonperceived symptomatic behavior, Komunikasi intrapersonal, tidak dianggap komunikasi oleh littlejohn. Contoh: kita menguap tetapi tidak ada orang yang peduli.
2.      Incidentally perceived symptom, contoh: kita menguap, namun orang lain tidak tahu memperhatikan sehingga mereka tidak respek kepada kita.
3.      Symptoms attended to, contoh: kita menguap, dan orang yang melihat kita langsung merespon dengan mengatakan “apakah saya membosankan?”
4.      Nonperceived nonverbal messages, contoh: saya melambaikan tangan, tetapi orang lain tidak melihat lambaian kita.
5.      Incidental nonverbal messages, contoh: kemudian teman saya berbalik arah dan mengatakan bahwa dia minta maaf, dia kira saya melambaikan tangan kepada orang lain. Dia baru menyadari setelah dia berbalik arah.
6.      Nonverbal messages attended to, contoh: saya melambaikan tangan dan dia membalas lambaian saya.
7.      Nonperceived verbal messages, contoh: saya mengirim surat kepada dosen lewat email, namun email tersebut tidak sampai kepada dosen karena masalah jaringan.
8.      Incidental nonverbal messages, contoh: saya berbicara kepada dosen ditoilet untuk mengikuti ujian susulan, namun dosen tersebut mengacuhkannya karena merasa tidak sopan.
9.      Verbal messages attended to, contoh: saya melakukan presentasi didepan kelas dan seluruh rekan mahasiswa mendengarkan dan bertanya balik kepada saya.
Namun ada 3 tokoh yang memiliki pendapat berbeda dari hasil perilaku yang dianggap komunikasi tersebut, yaitu:
1.      Michel Motley (1990) yang mengatakan bahwa komunikasi harus dibatasi untuk pesan yang sengaja diarahkan saja. Sehingga komunikasi yang diterima oleh motley adalah komunikasi no.5,6,8,dan 9 karena komunikasi jenis ini sender mengarahkan secara jelas maksud tujuannya, terlepas dari apakah pesannya diterima atau tidak. Sebagai contoh yang lainnya: apabila waktu mengajar dosen dikelas sudah habis, tiba-tiba ada mahasiswa yang menjatuhkan sendok makan, itu mungkin maksudnya agar dosen segera mengakhiri pelajarannya, terlepas dari apakah dosen tersebut menangkap maksud sender.
2.      Peter Andersen (1991) yang mengatakan bahwa terjadi komunikasi apabila receiver menerima pesannya walaupun dengan berbagai cara, terlepas dari itu memang sengaja diarahkan atau tidak. Yang diakui Andersen sebagai komunikasi adalah point no. 2,3,5,6,8, dan 9. Sebagai contoh lainnya: kita ingin membeli barang Thailand, kemudian penjual menuliskan harganya di kalkulator, kita menawar dengan menulis di kalkulator itu juga, kemudian disepakati harganya dan terjadilah jual beli. Walaupun tanpa kata, namun makna pesan diterima oleh receiver dengan terjadinya jual beli.
3.      Theodore Clevenger, Jr (1991) mengatakan bahwa komunikasi harus sengaja diarahkan dan diterima makna pesannya oleh receiver. Sehingga dari 9 point komunikasi yang dirangkum litlejohn, hanya point no 1 yang tidak masuk dalam kualifikasi komunikasi oleh Clevenger ini. Contoh lainnya: adanya Tanya jawab ketika dosen dan mahasiswa sedang melakukan proses pembelajaran.
Teori berdasarkan persamaan dan perbedaan dimensinya menurut LitleJohn dibagi menjadi 4, yaitu:
1.        Fokus Teori: individu, hubungan sosial, dan teks: Teori memiliki perbedaan dalam fokusnya, ada teori yang fokus kepada perilaku manusia, ada juga yang fokus kepada tingkat hubungan antar manusia seperti teori sistem, dan ada juga teori yang fokus dalam hal memahami teks, struktur pesan dan sebagainya. Contoh teori ini adalah Teori Conversational Analyis.
2.        Nilai. deskriptif versus kritik. Menurut Litlejohn cara untuk mengclompokkan teori adalah dengan menggolongkan menjadi deskriptip atau kritis. Banyak ilmuan percaya bahwa tugas mereka atau memberikan penjelasan perihal komunikasi, sementara ilmuan yang berpendpat bahwa tugas mereka adalah memberiakan penilaian. Teori-teori yang bersifat deskriptif menjelaskan kepada kita bagaimana sesuatu berjalan. Sementara itu teori kritis menjelaskan kepada kita apa yang salah dari sesuatu yang berjalan.
3.        Metode: objektif versus interpretasi subjektif. Perbedaan ini terletak pada bagaimana para ilmuan bekerja dan bagaimana menghitung atau menganggap data yang valid. Satu metode penelitian berusaha sedapat mungkin meminimalkan subjektivitas peneliti, serta menggunakan skala tertentu dalam mengukur kategori tertentu, dan berpatokan dengan prinsip validitas dan rcaliabilitas. Sementara, ilmuan yang Iain melakukan penelitian dengan cara melakukan pembacaan terhadap sesuatu yang mereka lihat.
4.        Lingkup: Luas atau sempit. Cara untuk melakukan pengelompokkan teori ilmu komunikasi adalah dengan melihat kesamaannya atau generalitas. Teori mirip dengan alat penangkap ikan. Ada teori yang cakupannya besar laksana jaringan. Ada juga teori yang laksana kail, spesiflk hanya untuk ikan tertentu. Teori ada yang menjelaskan aspek komunikasi manusia yang khusus, pada tipe atau aspek tertentu. Sementara itu ada teori yang luas.
Keragaman Tradisi Teori Komunikasi Menurut Robert T. Craig (1999)
Tradisi Pemikiran
Deskripsi
Retorika
o Teori-teori dalam  tradisi ini memahami komunikasi sebagai seni  praktis (practical art).
o    Komunikator (speakers, media producers, writers) memahami persoalan sebagai hal yang perlu diatasi melalui pesan-pesan yang dirancang secara cermat.
o    Komunikator mengembangkan strategi, sering  memakai pendekatan- pendekatan umum  (daya  tarik logis dan emosional) untuk mengarahkan khalayak.
o    Tradisi ini melihat karya komunikator diatur oleh seni dan metoda; bergantung pada perasaan bahwa kata-kata itu memiliki kekuatan, informasi berguna untuk membuat penilaian, dan komunikasi dapat dievaluasi dan diperbaiki.

Semiotika
o    Memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol-simbol; memperlakukan komunikasi sebagai jembatan antara dunia  privat dari individu-individu dengan tanda-tanda untuk mendapatkan makna.
o    Kekuatan semiotika bertumpu pada gagasan-gagasan tentang kebutuhan akan bahasa yang sama, identifikasinya tentang subyektivitas menjadi kendala untuk mencapai pemahaman, dan keterikatannya dengan makna yang beragam.

o    Teori-teori semiotika sering  bertentangan dengan teori-teori  yang menekankan bahwa kata-kata memiliki makna yang tepat, tanda-tanda merepresentasikan obyek  atau bahasa yang bersifat  netral.
Fenomenologi
o Tradisi fenomenologi memberi perhatian pada pengalaman pribadi.
o    Komunikasi dilihat sebagai pertukaran pengalaman pribadi melalui dialog.

Sibernetika
·        Komunikasi dipahami sebagai kegiatan pemrosesan informasi,  dan persoalan-persoalan yang dihadapi dikaitkan dengan noise, overload
dan malfunction
Sosiopsikologi
o    Memusatkan perhatian pada asek-aspek komunikasi yang mencakup ekspresi, interaksi dan pengaruh.

o    Wacana dan tradisi ini menekankan pada perilaku,  variabel, efek, kepribadian dan sifat, persepsi, kognisi,  sikap dan interaksi.

o    Sosiopsikologi menjadi  tradisi pemikiran  yang kuat, khususnya dalam situasi dimana kepribadian menjadi penting, penilaian menjadi  bias
oleh keyakinan dan perasaan, dan orang  memiliki pengaruh yang nyata satu  sama lain.

o    Tradisi sosiopsikologi menentang pandangan bahwa orang  bersikap rasional, individu-individu mengetahui apa yang mereka pikirkan, dan persepsi merupakan jalur yang jelas  untuk melihat apa yang nyata.
Sosiokultural
o    Tatanan sosial  sebagai pusat kajian dan melihat komunikasi sebagai perekat masyarakat.

o    Persoalan dan tantangannya diarahkan pada konflik, alienasi dan kegagalan untuk melakukan koordinasi.

o    Ilmuwan dalam  tradisi ini menggunakan bahasa yang  mencakup elemen-elemen seperti masyarakat, struktur, ritual, aturan dan kultur.

o    Ilmuwan tersebut meniadakan argumen-argumen yang  mendukung kekuatan dan tanggung jawab  individu, penyatuan diri atau  pemisahan interaksi manusia dari struktur  sosial.
Kritikal
o    Cenderung melihat komunikasi sebagai perencanaan sosial  dari kekuasaan dan penindasan.

o    Teori-teori kritikal memberi respon terhadap persoalan-persoalan ideologi,  kekuasaan dan dominasi.

o    Wacana kritikal mencakup istilah-istilah  seperti ideology, dialectic, oppression, consciousness raising, resistance dan emancipation.

o    Tradisi kritikal merupakan pendekatan terhadap teori dalam  situasi yang mencakup pengekalan kekuasaan, nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan.
Sumber : Rahardjo, 2009

Bradac dan Bowers telah mengadakan satu analisis metateori atas ilmu komunikasi. Metateori adalah satu bidang yang mendeskripsikan dan menjelaskan persamaan-persamaan serta perbedaan-perbedaan yang ada diantara teori-teori dengan memakai tiga tema besar yaitu epistemologi (tentang pengetahuan yang benar dan cara mendapatkannya), ontologi (tentang eksistensi) dan aksiologi (tenyang nilai-nilai). John W. Bowners dan James J. Bradac (dalam Michael Burgoon, ed., 1982) mencoba menganalisis metateori tentang komunikasi melalui tujuh pasang aksioma, namun akan saya jelaskan 2 pasang yaitu: 1) Komunikasi tergantung konteks (kontekstual) vs komunikasi nonkontekstual; 2) Manusia tidak dapat tidak berkomunikasi vs manusia dapat tidak berkomunikasi.
Salah satu pasangan aksioma adalah komunikasi bersifat kontekstual vs komunikasi bersifat nonkontekstual. Komunikasi bersifat kontekstual, konteks yang beragam memengaruhi makna pesan. Pesan mengandung report (konten) dan command (relationship), contoh: ucapan seorang satpam kepada orang yang bertamu di sebuah kantor: “KTP?!” dengan “Mohon maaf, saya bisa pinjam KTP Anda?” memiliki konten yang sama dengan command berbeda. Pesan yang sama dalam konteks yang berbeda dapat bermakna berbeda, contoh: seruan penonton “bunuh!, bunuh!” dalam pertandingan tinju bukan berarti menyuruh jagoannya benar-benar ‘membunuh’ lawannya. Ungkapan tepat atau tidak tepat tergantung pada situasinya, misalnya, bahasa-bahasa kasar seharusnya tidak digunakan dalam sidang-sidang DPR. Pengetahuan tentang hal ini disebut tacit social knowledge. Sebaliknya, ada aksioma komunikasi nonkontekstual, transmisi informasi tidak terpengaruh lingkungan. Stimulus tertentu menghasilkan respon reflekif yang tidak terkait konteks. Komunikasi nonkontekstual jarang terjadi, contohnya adalah refleks biologis ketika kita tangan kita terkena api rokok orang lain. Yang kedua adalah Manusia tidak dapat tidak berkomunikasi vs manusia dapat tidak berkomunikasi. Contoh: sebagai makhluk social kita tentu merasa harus berkomunikasi dengan orang lain. Apalagi dikehidupan masyarakat, apabila kita tidak berkomunikasi dengan tetangga, maka bisa dipastikan akan terjadi hal yang tidak kita inginkan, seperti digosipin, atau bahkan dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Oleh karena itu manusia tidak mungkin tidak berkomunikasi. Namun dalam hal tertentu manusia bisa tidak berkomunikasi, misalnya ketika sedang ditimpa musibah kematian. Tentu aka nada perasaan ingin menyendiri dan tidak ingin diganggu oleh siapapun bahkan sampai berhari-hari. Itulah mengapa kadang manusia bisa tidak berkomunikasi.


Bowners dan Bradac  menyatakan intensi dapat didentifikasi dari situasi sosial, persetujuan atas atribut intensi (intersubjective reliability), dan pernyataan tentang intensi tersebut. Mereka menyatakan bahwa pada studi retorika ada ketentuan tentang intensionalitas, sedangkan pada studi komunikasi tidak. Studi komunikasi adalah hasil dari studi pengembangan dan atribusi makna pesan, sedangkan retorika, hasil dari studi pengelolaan makna. Ilmu Komunikasi adalah keseluruhan generalisasi dari studi pengembangan dan atribusi pesan (makna dalam pesan). Ilmu Retorika adalah keseluruhan generalisasi dari manajemen makna yang berfokus pada si pembuat pesan sehingga memiliki dampak tertentu. Retorika bersifat instrumental dan dapat dinilai keberhasilannya, sedangkan komunikasi non-instrumental dan ekspresif, dianaliasis secara fungsional. Retorika strategis (direncanakan dengan sadar/sengaja) sedangkan komunikasi tidak terhindarkan. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Apa hasil dari analisis Bradac dan Bowers itu? Dalam bagian kesimpulan, Bradac dan Bowers mengatakan bahwa metateori yang ada dalam ilmu komunikasi sudah benar, sudah pada jalurnya. Oleh sebab itu, tugas kita selanjutnya bukan lagi membuat metateori melainkan melakukan riset dan berteori dengan memakai metateori yang sudah ada. (Bradac and Bowers, dalam Burgoon, ed., 1982: 20-21). 

DAFTAR PUSTAKA
Bowers, John Waite, & Bradac, James J. “Issues in Communication Theory: A Metatheoritical analysis”. Dalam Burqoon, Michael (ed), Communication Yearbook 5, New Jersey, NJ: Transaction, 1982, 1-25.
Griffin, Em. (ed). A First Look at Communication Theory, 8th Edition. McGraw-Hill Companies, 2012.
Karman. Sejarah Singkat Perkembangan Ilmu Komunikasi. Jakarta: BPPKI, 2014.
Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication.7th Ed. Wadsworth, 2002.
Rahardjo, Turnomo. Cetak Biru Teori Komunikasi dan Studi Komunikasi di Indonesia. Jakarta. 2009
75 Tahun M. Alwi Dahlan: Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008.

Komentar